AGENDA KEGIATAN
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
23 Februari 2023 oleh jateng
Persoalan banjir yang melanda Jawa Tengah (Jateng) belakangan ini menjadi perhatian sejumlah kalangan, termasuk senator atau Anggota DPD Daerah Pemilihan (Dapil) Jateng, Abdul Kholik. Pria asal Cilacap ini pun menilai perlu dilakukan sederet upaya mitigasi lintas sektor guna mengantisipasi permasalah tersebut.
Hal itu disampaikan Abdul Kholik dalam Forum Group Discussion (FGD) dengan tema "Solusi Banjir 2023-2035". Dalam acara tersebut hadir pula narasumber utama dari Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng Bagas Catursasi Penanggungan. Serta Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juwana, M. Adek Rizaldi, S.T, M.Tech. Acara FGD dilaksanakan di kantor DPD RI Jateng, Rabu (22/2/2023).
Beberapa Stakeholder yang datang diantaranya dari DLH Provinsi Jawa Tengah, WALHI Jawa Tengah, PW IPNU Jawa Tengah, PW IPPNU Jawa Tengah, Karangtaruna Jawa Tengah, Perbanusa Jawa Tengah, Forum Taman Baca Masyarakat Jawa Tengah, Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Tengah, Koalisi Maleh Dadi Segoro, BPBD Kota Pekalongan, BPBD Kota Semarang, BPBD Kab. Kendal, BPBD Kab. Demak, BPBD Kab. Pati, Baznas Jawa Tengah, dan Tim media.
Anggota DPD RI Dapil Jateng Abdul Kholik mengatakan bahwa FGD kali ini secara khusus bertujuan untuk melakukan mitigasi bencana banjir yang selalu terjadi di Jateng pada saat musim penghujan. “Kita perkirakan tahun 2035 nanti, kondisi geografis di Jateng akan semakin berat. Maka hari ini, kita merancang langkah-langkah agar bisa mengatasi banjir pada tahun 2035 nanti.” ujarnya.
Kepala BBWS Pemali-Juwana, M. Adek Rizaldi, mengatakan permasalahan banjir disebut karena adanya siklus hidrologi yang bermasalah. Artinya, air hujan yang dulunya hanya 70 persen meresap ke tanah dan 30 persen ke sungai, saat ini fenomenya terbalik karena semakin menipisnya daerah resapan.
“Sungai kita tidak mampu nampung dan meluap. Nah itu banjir. Kedua banjir rob, air laut masuk daratan. Kenapa terjadi? Ada 2 masalah utamanya, pertama daerah pantai utara Pulau Jawa, khususnya pantura Jateng ternyata sudah mengalami penurunan muka tanah. Kalau di semarang sudah 7,5 sentimeter (cm) per tahun. Di sisi lain, permukaan laut naik karena climate change, perubahan suhu global. Kenaikan muka laut dunia rata-rata 3 ml,” ungkap Adek.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng Bagas Catursasi Penanggungan mengungkapkan selain perlunya mitigasi bencana banjir, masyarakat juga perlu untuk mempunyai kesadaran yang tinggi untuk tanggap bencana, terutama bencana banjir yang datang kapanpun. Pemerintah sudah berupaya membangun kanal serta meninggikan permukaan tanah, namun masyarakat juga perlu mengetahui hal-hal apa saja yang dapat memperparah bencana banjir.
Beberapa Stake holder serta organisasi masyarakat yang datang dalam acara FGD memberikan beberapa masukan dan pandangan mereka dalam upaya pencegahan banjir yang semakin parah dan meluas. Dimana ada daerah yang dulu tidak pernah banjjir, akhir-akhir ini terendam banjir juga. Diantaranya mulai memperbanyak ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan, tidak membuang sampah sembarangan serta pengolahan limbah sampah mulai dari rumah tangga hingga limbah pabrik. Selain itu perlu adanya sosialisasi yang lebih masif di semua golongan dan kalangan. Mulai dari anak kecil hingga masyarakat dewasa. Karena semua harus berperan serta dalam menanggulangi bencana banjir.
-Adm-